Minggu, 09 November 2008

Kebiasaan begini begitu

Misalnya, aku punya kebiasaan (yang gak jelas baik ato nggaknya), gini: sejak dipasang kawat gigi (2 taon yang lalu), aku selalu ngamat2i gigi di depan cermin sebelom mandi. Jadi sebelom prosesi pengguyuran air dan bersabun, aku mesti ngadep cermin dulu, lalu mengamat2i gigi. Dulu pas pertama2 dipasang, motivasi mengamat2i gigi itu, pingin make sure bahwa gigi2ku bergeser pada tempat yang tepat. Nggak lama sih, skitar 30 detik aku ngamatinya. Baru setelah itu, prosesi pengguyuran air dimulai. Ternyata, walopun skarang aku udah yakin bahwa nggak ada masalah dengan pergeseran gigiku, aku nggak berenti melakukan pengamatan, malah jadi kebiasaan. Setiap kali sebelum prosesi pengguyuran air, aku pasti ngadep cermin dulu, dan ngamat2i gigi di depan cermin. Dan itu berlaku di manapun. Selama 2 taon ini, aku beberapa kali harus nggak tidur di rumah. Jadi kalo pas harus tidur di tempat laen, lalu ke kamar mandi untuk mandi, yang dicari pertama kali ya cermin. Rasanya kalo nggak ngelakukan itu, ada yang kurang dalam prosesi mandi. Aneh ya? Ituh yang aku maksut dengan kebiasaan. Dulunya pas blom dipasang kawat gigi, ya aku nggak pernah ngamat2i gigi sebelom mandi. Tapi sekarang jadi kebiasaan (btw, so far aku masih blom merasakan dampak negatif dari kebiasaan ini, jadi masih nggak ada rencana buat menghentikannya…)

Itu salah satu kebiasaanku dan aku masih buanyak kebiasaanku yang laen. Aku yakin, kamu juga punya kebiasaan. Say, kebiasaan mandi kamu (ada yang sebelom mandi, punya kebiasaan ngamat2i wajahnya, ngeliatin jerawatnya sambil mikir kok nggak ilang2 ato ngeliat bagian2 lain dari tubuhnya -jangan ngeres ya!-), kebiasaan kamu menyisir rambut (ada yang nyisir rambut dengan cepat, ada yang sampe satu per satu rambutnya dipastikan berada di slot yang tepat -emangnya CPU ada slot-nya segala), cara kamu menggosok gigi (ada yang menggosok gigi secara vertikal, ada juga yang horisontal), cara kamu belajar, cara kamu tidur (aku pernah nemui orang yang punya kebiasaan tidur dengan bertelanjang dada - ini cowok ya!), cara kamu jalan, cara kamu bicara… perhatikan aja… Tapih, slama kebiasaan kamu baik, ya teruskan aja.

Misalnya kebiasaan blajar 4 jam sehari (untuk pelajar SMA ato anak kuliahan ini udah baik, walopun menurutku idealnya 6 jam), kebiasaan sarapan, kebiasaan mandi sehari dua kali, kebiasaan berdoa, kebiasaan mengucapkan hal2 yang positif… Ituh semua menurut aku adalah kebiasaan baik. Jadi kalo kamu udah terbiasa ma hal2 itu, ya teruskan aja. (Btw, kebiasaan minum kopi di pagi hari itu kebiasaan baik nggak ya? Masalahnya, orang2 yang punya kebiasaan minum kopi, bangun tidur langsung yang dicari kopi… sama kayak aku sebelom mandi, yang dicari cermin dulu)

Yang gawat ituh… kalo kamu punya kebiasaan yang jelek. Misalnya kebiasaan nggak mandi (baik pagi ato sore atau pagi dan sore), kebiasaan tidur 12 jam sehari (sampe2 punya alasan, badan capek semua kalo blom 12 jam tidur), kebiasaan ngerokok (pro kontra deh, tapi mostly orang bilang itu nggak baik), kebiasaan ngomong hal2 negatif, kebiasaan berfantasi yang jelek2 ato istilahnya ngelanjor - ngelamun jorok (para cowok biasanya punya kebiasaan ini, jangan mandang guah dengan pandangan "jadi-kamu-juga?", NGGAK! kebiasaan jelek nggak perlu dipiara!), kebiasaan ber-masturbasi (skali lagi, ini biasanya para cowok. Juga pro-kontra, tapi ktika ber-masturbasi, mostly, yang dipikirkan adalah hal2 yang jorok, dan nurut guah, memikirkan hal jorok jelas bukan hal yang baik).

Apa kamu nyadar dengan kebiasaan2 bagus ato jelek kamu? Mungkin kalo kamu nggak nyadar (saking biasanya), kamu harus nanya orang laen… Orang2 yang deket ma kamuh biasanya tau kebiasaan2 kamu (tanpa kamu sadari).

Nah, yang aku tau, di bumi yang kita injek ini punya hukum yang berlaku untuk semua manusia yang hidup di dalamnya, namanya tabur-tuai (sow-reap). Kalo kamu menabur kebiasaan, kamu akan menuai karakter. Karakter kamu ituh terbentuk dari kebiasaan2 yang kamu lakukan. Kalo kamu punya kebiasaan baik, ya kamu akan punya karakter yang baik. Kalo kamu punya kebiasaan jelek, ya kamu akan punya karakter yang jelek. Contoh gampangnya aku. Aku ini punya kebiasaan jelek yaitu "nggak suka menyapa orang atau beramah-tamah dengan orang lain" (ciri khas orang yang introvert, lebih menikwati waktu sendirian ketimbang bersama orang laen, lebih enjoy baca buku sendiran di kamar ketimbang hangin’ out bareng temen2, lebih suka menikmati pantai ato gunung yang gak banyak orang ketimbang berame2 di mall).

Nah, ciri introvert ini kebawa kalo aku ktemu dengan orang yang aku kenal (which is kenalnya gak gitu akrab dan aku gak punya urusan apa2 ma dia). Misalnya aja, temen pas SMP (yang dulu pas SMP cuman sekedar tau namanya, tapi gak pernah ngobrol2). Trus kita ktemu di jalan ato di mall, ato di supermarket, ato di tempat umum manapun. Aku masih inget wajahnya, tapi jarang banget aku nyapa duluan… (lah gak ada urusan apa2 sih). Dengan berbagai daya upaya, aku akan berusaha menghindari agar nggak terlihat ma dia (kalo aku punya jaket-nya Harry Potter yang isa bikin nggak kliatan itu, pasti udah aku pake). Kalopun terpaksa kliatan, aku cuman senyum aja dan memandang dia dengan pandangan "nggak-perlu-beramah-tamah-okay?" ato yang lebih parah, langsung buang muka berlagak gak kenal (ada yang punya kebiasaan gitu?). I know, kebiasaan jelek. Dan tau nggak karakter apa yang aku tuai? Karakter sombong. Yap, aku dapet predikat "orang sombong" akibat kebiasaan jelek itu. Bukan predikat yang baik, that’s why aku berusaha keras mengubah kebiasaan jelek itu. Mulai "basa-basi" ma orang laen. Ternyata asyik juga… (ditambah bahwa kemampuan berbasa-basi dapat diterapkan waktu pdkt ke cewek!). Jadi aku mulai enjoy beramah-tamah (walopun sifat dasar introvert seringkali mendominasi)

Aku punya kebiasaan lagi, sebelum makan, aku selalu mengucap syukur ke Tuhan untuk makanan yang udah Dia kasih ke aku. Apapun makanannya, minumnya teh botol sosro… Eh, nggak ding, apapun makannya, I’ll say "Tuhan, terimakasih untuk makanan yang sudah Kau berikan ini, aku terima dengan ucapan syukur…" Ketika bilang itu, aku mengucapkan dengan sungguh2 (orang bilang guah lagi doa… whatever sebutannya, intinya aku bersyukur karena Tuhan masih pelihara aku dengan sampe saat ini). Dan, karena kebiasaan "kecil" itu aku menuai karakter sebagai orang yang "bisa-bersyukur-dalam-keadaan-apapun". Bagaimanapun kondisi yang aku hadapi, aku tetep isa mikir bahwa kalo untuk makanan aja aku selalu dicukupkan ma Tuhan, pasti untuk keperluan laen2nya, untuk masalah apapun, Tuhan juga akan taking care aku… Dan karena aku terbiasa mikir gitu, ya persis seperti yang aku pikirkan itulah Tuhan bertindak. Dia taking care aku every single day. Karena kebiasaan kecil, yaitu mengucap syukur untuk hal2 yang kecil.

Karakter kamu ituh adalah produk dari kebiasaan-kebiasaan yang kamu lakukan. Perhatikan aja karakter yang ada di kamu sekarang. Lalu cari kebiasaan yang sering kamu lakukan sehingga kamu bisa punya karakter tersebut. Nah, aku punya fakta yang akan bikin kamu terkejut. Masa depan adalah hasil tuaian dari karakter kamu. Jadi masa depan itu bukan NASIB yang udah kebentuk ketika kamu lahir. Lahir… Crot! Langsung ketauan masa depan-nya baik… Nggak! Bukan gitu konsepnya. Menabur karakter, hasil tuaian-nya adalah masa depan kamu. Masa depan kamu ditentukan oleh karakter kamu. Percaya? Contoh garink: kebiasaan bermalas2an akan menghasilkan karakter "pemalas". Dan blom pernah ada orang yang menabur karakter "pemalas" dalam hidup mereka menuai kesuksesan… Blom pernah terjadi.

Coba kamu amat2i orang sukses di sekeliling kamu, perhatikan kebiasaan2 mereka (ortu kamu ato siapapun yang sukses). Kmungkinan besar mereka adalah orang2 yang punya kebiasaan bekerja berjam2 (nggak males), punya kebiasaan ngeliat sesuatu sebagai peluang (think positif), punya kebiasaan mengerjakan sesuatu sampe kelar (gak gampang nyerah/ulet) dan sederetan kebiasaan baik lainnya. Kebiasaan itu, membentuk karakter mereka (karakter tahan banting, karakter pekerja keras)… Dan kalo akhirnya mereka menuai kesuksesan, ya nggak perlu heran kan?

Kabar baiknya, KEBIASAAN ITU BUKAN SESUATU YANG MUTLAK! Kebiasaan itu bisa dibentuk (inget definisi kebiasaan menurut versi Windra: sesuatu yang kamu lakukan secara periodik, dulunya, hal itu nggak pernah kamu lakukan, tapi sekarang jadi ngelakukannya secara periodik). Kalo kpingin masa depan yang baik, knapa nggak memulai dengan kebiasaan yang baik dari sekarang? Mengubah kebiasaan (ato membuat kebiasaan baru) itu butuh 21 periode untuk membuat kamu jadi terbiasa dan 21 periode lagi untuk membuat kamu menjadi nyaman ngelakukannya. Ini berlaku buat kebiasaan baik maupun kebiasaan nggak baik.

Maksutnya gini: kalo kamu terbiasa tidur 12 jam sehari (dan punya niat ngubah jadi 6 jam sehari), kamu butuh waktu 21 hari untuk menjadi terbiasa (tapi masih blom nyaman). Baru 21 hari kemudian kamu (kalo kamu konsisten tidur 6 jam setiap hari) kamu akan merasa nyaman. Nah, yang sulit ituh adalah pada hari-hari pertama. Biasanya tidur 12 jam, sekarang jadi cuman 6 jam. Godaan untuk jatoh kembali pada 12 jam itu gede banget. Tapi trust me, kalo kamu isa ngelewati 6 minggu ituh (21+21 hari), kamu pasti nyaman walopun cuman tidur 6 jam (malah kalo tidur 12 jam jadi nggak nyaman)! Justru karena sulit ituh, makanya nggak semua orang bisa (dengan kata laen, nggak semua orang bisa membiasakan diri dengan kebiasaan baik sehingga nggak semua orang isa menuai kesuksesan… intinya, cuman orang2 yang though, yang tangguh, yang mau memaksa dirinya untuk membiasakan melakukan hal2 yang baik-walopun sulit- itulah yang akan menuai kesuksesan).

Hal yang sama berlaku untuk membiasakan kebiasaan jelek. Kalo pengen membiasakan merokok, gampang aja. Coba merokok 1 batang sehari. Dalam 21 hari, kamu akan terbiasa merokok (walopun blom nyaman2 banget). Lalu 21 hari berikutnya (kalo masih tetep konsisten merokok), kamu akan nyaman dengan rokok itu. (kebiasaan ini bisa dibalik bagi yang pengen berenti dari kebiasaan ngerokok, berenti dari kebiasaan ngelan-jor, berenti dari kebiasaan ber-masturbasi).

Pengen punya kebiasaan makan pagi? Gampang. Setiap hari selama 42 hari, makan pagi terus (jangan ada satu haripun yang kelewat). Di hari ke-42, kamu akan nyaman dengan kebiasaan kamu (hal ini berlaku juga bagi yang kepingin punya kebiasaan bangun jam 5 pagi, doa pagi, blajar pagi, lari pagi). That’s explain juga knapah aku sampe bisa nyaman dengan kebiasaan mengamati gigi sebelom mandi… (2 taon, gimana gak jadi nyaman?)

Pengen terbiasa blajar 6 jam sehari? Gampang. Paksa diri kamu untuk membaca buku pelajaran ato ngerjain pe-er selama 6 jam setiap hari (bisa pake sistem 2jam-break-2jam-break-2jam). Dalam 42 hari (21 hari terbiasa dan 21 hari berikutnya nyaman), kamu akan merasa nyaman dengan belajar 6 jam sehari! (Jangan ada alasan "nggak-ada-yang-perlu-dipelajari" sehingga kamu tergoda untuk nggak belajar). Harus berturut2 42 hari baru kamu merasa nyaman. Dan kalo nggak belajar 6 jam, pasti kamu ngerasa ada yang kurang.

That’s explain juga kenapa orang yang putus cinta (setelah pacaran lama), jadi nggak gampang ngelupain. Lah wong mereka udah terbiasa berdua2, kebiasaan telepon2an, kebiasaan sms2an (udah ngelewati fase 21+21 sehingga merasa nyaman berdua)… Cara ngelupainnya gimana? Ya mesti dibiasakan untuk nggak berdua2 (pake prinsip 21+21 lagi dalam versi kebalikannya).

That’s how our mind work… Pretty simple kan?

Kebiasaan2 ini boleh dicoba kalo mau:

1. Kebiasaan bangun pagi dan blajar.
2. Kebiasaan blajar minimal 4 jam sehari.
3. Kebiasaan sarapan pagi.
4. Kebiasaan ngomong yang enak didengar (ngomong positif).
5. Kebiasaan nggak jelek2an orang lain.
6. Kebiasaan mengucap syukur untuk kejadian apapun.
7. Kebiasaan berdoa (minta penyertaan Tuhan).

Btw, selain berusaha untuk bisa nyaman dengan kebiasaan2 di atas, aku sekarang lagi membiasakan diri untuk nulis blog setiap minggu minimal 1 (dan so far sudah berjalan selama 10 periode / 10 minggu… tapi rasanya aku udah mulai nyaman, kmungkinan untuk membiasakan sesuatu yang menyenangkan buat kita, nggak perlu 21+21, kayaknya 10+10 udah mulai nyaman…).

Is it a good habit? I think so… It develops my writing skill.

Jadi instead of punya kebiasaan yang jelek, kan mending membiasakan diri dengan kebiasaan yang baik… Cuman 21+21 kali loh! Inget, menabur kebiasaan akan menuai karakter. Menabur karakter akan menuai masa depan… Masa tega sih kamu kalo masa depan kamu nggak baek gara2 kamu sekarang punya kebiasaan yang nggak baek? Menabur kebiasaan baik gitu looo…

Tidak ada komentar: