Minggu, 09 November 2008

Pareto 80-20

Tulisan ini diinspirasi oleh Vilfredo Federico Damaso Pareto (1848-1923). Dia tercatat sebagai seorang sosiolog, ahli ekonomi dan filusuf (sumber wikipedia.org).

As u might guess, he’s italian. Yang menarik adalah prinsip Pareto yang terkenal dengan prinsip 80-20. Since he was an sociologist (which i’m lack of), he made a statement, "80% of the consequences stem from 20% of the causes", then Joseph M. Juran, suggested the principle and named it after Pareto, who observed that 80% of income in Italy went to 20% of the population.

Buat aku, bukan masalah Itali-nya, tapi kebenaran prinsip pareto 80-20 itu. Di Indonesia, prinsip 80-20 juga berlaku. 80% pemasukan yang didapat di negara ini jatuh hanya kepada 20% masyarakat… Sementara, 20% sisanya diperebutkan oleh 80% masyarakat lainnya. Nangkep maksutnya? Misalkan pemasukan Indonesia adalah 1000, maka 20% mendapatkan 800, dan 200 sisanya diperebutkan oleh 80% populasi.

Pertanyaannya, bagaimana bisa masuk dalam kelompok 20% ini? Ato,
mundur dulu… Siapa orang2 di kelompok 20% ini? Mereka adalah pemilik
bisnis, investor, dan wirausahawan.

Di Amerika, beberapa contoh elit kelompok 20% ini adalah Bill Gates (dengan Microsoftnya), Ray Kroc (dengan McDonaldnya). Di Inggris, tentu ada JK Rowling (dengan Harry Potternya). Di Indonesia, ada Pak Ciputra (dengan Ciputra Grupnya), ada Mochtar Riady (dengan Lippo Grupnya - termasuk universitas Ma Chung-nya)…

Nggak harus sekelas mereka untuk masuk
kelompok 20% ini. Tetangga di sebelah rumah ada yang buka toko
kelontong, tapi dia sudah bisa dikatakan masuk dalam kelompok 20% ini,
karena dia menguasai 80% perputaran uang di lingkungannya. Keluarga temenku ada
yang punya toserba di kabupaten Malang dan mereka adalah anggota dari kelompok 20% ini.

Contoh yang lebih jelas, di sekolah. Let’s say di SMAK Santo Yusup
(which i spend almost 10yrs). Satu siswa rata2 SPP perbulan adalah
400rb. Ada 1.500 siswa, yang artinya setiap bulan ada perputaran uang
sebesar 600jt. Guess what, prinsip 80-20 terjadi lagi. Ada 50 guru yang
harus digaji dan 20 karyawan. Berapa yang harus dikeluarkan? Assume
gaji guru 2jt (which is very high salary for a teacher) dan gaji
karyawan 1jt. Total? 120Jt (exactly 20%). Para guru dan karyawan ini
adalah 80% yang mendapat cmn 20% perputaran uang. Lalu 80% sisa uangnya
(480jt) lari kemana? As u might guess, sisa 80% itu lari ke beberapa
gelintir orang yang disebut dengan owner dan investor… Yang mana
mereka nggak harus ada di kantor dari jam 7 pagi sampe jam 4 sore
(kayak para guru dan karyawan), yang mana mereka nggak harus bikin soal
lalu ngoreksi ratusan lembar kertas ulangan, yang mana mereka nggak tau
susahnya nyiapin materi pengajaran, yang mana mereka nggak harus stress
ngadepin tingkah murid2, yang mana… yang mana… yang mana… So,
setiap bulan, 20% orang ini mendapatkan 480jt tanpa harus bekerja
sekeras para guru dan karyawan (wondering if the teachers know about
this fact…). Prinsip Pareto 80-20.

Pas tau tentang ini, rasanya insane bahwa banyak orang mau spend
seluruh waktu mereka (hingga akhir hayat mereka) dengan terus menerus
menjadi kelompok 80%.



Lalu kalo aku ditanya, apakah aku pingin masuk di 80% orang yang menguasai 20% uang ato 20% orang yang menguasai 80% uang, jawabannya tentu aku ingin masuk di jajaran 20% orang yang menguasai 80% uang. Bukan serakah, tapi aku bisa melakukan banyak hal dengan menjadi bagian dari 20% orang tersebut.

Kalo kamu juga bagian dari 20% tersebut, pasti banyak yang bisa kamu lakukan. Kamu bisa memberikan yang terbaik untuk keluarga kamu (wisata ke tempat2 eksotis bersama orang tua ato pasangan kamu, memberikan pendidikan terbaik untuk anak kamu kelak), kamu bisa punya banyak waktu untuk meningkatkan skill kamu dengan belajar musik, memasak, membaca buku2 bermutu, ato menulis (kalo kamu suka nulis), kamu bisa punya banyak waktu untuk bersantai, menonton film-film bermutu, dan satu hal yang nggak kalah penting, kamu juga bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat atau kepada komunitas kamu.

Buat aku, itulah esensi untuk menjadi bagian dari 20% orang tersebut. Aku pingin bepergian ke tempat2 wisata di dunia dengan orang2 yang aku sayangi tanpa dibingungkan dengan terbatasnya uang di rekeningku, aku pingin dengan santai membaca buku2 bermutu tanpa harus meletakkan-kembali-ke-rak setelah melihat harga yang tertulis di baliknya (so sad…), aku pingin mengajar (as a cell group leader or as a lecturer) tanpa peduli apakah aku dibayar ato nggak, dan yang nggak kalah penting adalah aku isa contribute back to the society, aku pingin punya banyak waktu untuk menulis buku2 bermutu, educate people tanpa dibingungkan dengan tagihan2 bulanan. Itu bisa terjadi kalo kita adalah kelompok 20% yang menguasai 80% peredaran uang. Itu esensi menjadi bagian dari 20%… Jadi berkat untuk dunia kalo kata orang2 yang rohani.

Mana yang kamu suka? Berada di kelompok 20% ato kelompok 80%? Bekerja keras dari pagi sampe sore, setiap hari dan pada akhir bulan mendapatkan 20% peredaran uang ato menikmati hidup dengan kualitas hidup yang baik dengan 80% peredaran uang? Buat aku, sudah pasti berada di kelompok 20%. Dan research membuktikan dengan jelas bahwa dengan bekerja jadi dosen (ato pegawai apapun) dari jam 8 pagi sampe 4 sore, nggak akan pernah bisa bawa aku ke kelompok 20% itu.



Jadi, aku harus atur strategi untuk bisa masuk ke kelompok 20% itu. Langkah pertama adalah menjadi bagian dari kelompok 80%. Depends seberapa cepat aku belajar akan menentukan seberapa lama aku jadi bagian dari kelompok 80% tersebut (yang mana harus kerja keras demi mendapatkan 20% peredaran duit). Targetnya, maksimal 2 tahun. Ketika aku udah jadi bagian dari kelompok 20%, aku akan bisa dengan tenang mengajar kembali tanpa harus memikirkan berapa uang yang aku dapatkan, aku bisa dengan santai menulis tanpa berharap2 cemas kalo buku yang aku tulis nggak laku…

I don’t want to end up my life as a part of "the 80%s".
I don’t want to raise up my kids as a part of "the 80%s".
I don’t want to be "the 80%" who always struggling for monthly expenses and doesn’t have enough money to go for vacation with the family.

I want to be part of "the 20%". It’s not a choice. It’s a must!
YOU TOO, Friends! I strongly encourage you to be part of "the 20%".

See u in "the 20%" community!

Sumber:Chat di 20% community

Tidak ada komentar: